![]() |
Sebuah mural dukungan kemerdekaan | Foto: cas oorthuys |


05 Jun 2016
Kisah Mohammad Roem antara Ru’yat dan Hisab
Oleh Ridwan Hd.Bedug sebagai alat komunikasi ibad...




05 Jun 2016
Kisah Mohammad Roem antara Ru’yat dan Hisab
Oleh Ridwan Hd.Bedug sebagai alat komunikasi ibad...

Cat-1
Cat-2
Cat-3
Cat-4
Home
»
Headline
»
Kebangkitan Nasional
»
Kemerdekaan
»
Nasionalisme
»
Nusantara
»
Nusantara Modern
»
Hari Merdeka di 9 Ramadhan
Oleh Ridwan Hd.
“Waktu itu bulan puasa,” cerita Mohammad Hatta dalam buku otobiografinya Untuk Negeriku, “Sebelum pulang aku masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda. Karena tidak ada nasi, yang kumakan ialah roti, telur, dan ikan sardin, tetapi cukup mengenyangkan.”
Cerita Hatta ini berlangsung ketika sedang berada di rumah Laksamana Maeda setelah menyusun tek proklamasi. Para tokoh terdiri dari anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan berbagai kalangan pemuda sedang berkumpul hingga larut malam. Hingga pukul 03.00, naskah proklamasi berhasil diselesaikan untuk dibacakan pada pukul 10 pagi.
Berdasar kalander tahun Masehi yang mengikuti peredaran bumi mengelilingi matahari, hari proklamasi jatuh pada hari Jum’at, 17 Agustus tahun 1945. Jika mengikuti kalender tahun Hijriah yang mengikuti peredaran bulan mengelilingi bumi, maka hari proklamasi bertepatan pada 9 Ramadhan tahun 1364. Dalam situasi bulan Ramadhan inilah, dengan Rahmat Allah Swt, Rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya ditengah pengawasan Jepang dan ancaman Sekutu di masa-masa akhir Perang Dunia ke 2.
Sebenarnya, ketika Soekarno dan Hatta diundang ke Dalat, Vietnam, oleh Jenderal Terauchi, pihak Jepang sudah menjanjikan kemerdekaan yang akan dilangsungkan pada 24 Agustus 1945. Berdasarkan rancangan Jenderal Terauchi juga, wilayah-wilayah seperti semenanjung malaya, Singapura, dan Kalimantan Utara (termasuk Brunei) masuk dalam satu wilayah Indonesia.
Rupanya, ada kehendak lain. Sekitar 16 Agustus, sebagai negeri kalah perang, Jepang dituntut oleh pihak Sekutu agar tidak menyerahkan status quo wilayah kekuasaannya di Nusantara. Janji kemerdekaan akhirnya dibatalkan.
Hari sebelumnya sepulang dari Dalat, Soekarno dan Hatta didatangi oleh gerombolan pemuda agar proklamasi dilaksanakan saat itu juga tanpa melalui PPKI, sebab badan panitia kemerdekaan itu adalah bentukan Jepang. Mereka ingin kemerdekaan lepas dari tangan Jepang. Para pemuda yang dipimpin Sukarni mengancam, jika tidak memproklamasikan kemerdekaan saat itu juga para pemuda akan melakukan revolusi. Tetapi kedua tokoh itu tidak mau mengikuti tuntutan pemuda. Mereka berharap, untuk urusan ini dapat dibicarakan di dalam sidang PPKI. Karena tidak dapat memenuhi tuntutan pemuda, Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok dengan alasan pengamanan ketika revolusi berlangsung. Namun sampai tanggal 16 Agustus sore, revolusi yang direncanakan para pemuda itu juga tidak berlangsung.
Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta pada 16 Agustus malam dan langsung ke kediaman Maeda bersama para tokoh lain untuk menyusun teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan hari.
Menurut penjelasan Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah jilid 2, bahwa Soekarno mendapat kepastian waktu yang baik untuk melaksankan proklamasi pada 17 Agustus diperoleh dari K.H. Abdoel Moekti, yang merupakan pimpinan Muhammadiyah Madiun. Bila tidak diproklamasikan pada tanggal tersebut hanya akan menemui hari yang demikian bahagia itu 300 tahun yang akan datang.
Keterangan Ahmad Mansur Suryanegara ini didapat dari KH. Abdoe Moekti sendiri saat Seminar Sejarah Perjuangan Umat Islam di Indonesia pada 1967. Ia ditunjukan bukti tentang kesaksian ini dengan tanda tangan beberapa tokoh yang hadir dalam proklamasi yang membenarkan bahwa penentu proklamasi pada 17 Agustus 1945, jum’at Legi, 9 Ramadhan adalah K.H. Abdoel Moekti.
Memang sejak Belanda menguasai Nusantara, penggunaan kalender tidak lagi menggunakan tahun Hijriyah yang biasa dipakai oleh kerajaan-kerjaaan Islam sebelumnya, tetapi diganti dengan kalender Masehi. Sejak itu pula ketika Negara Indonesia berdiri, penanggalan yang digunakan adalah masehi. Maka, peringatan kemerdekaan Republik Indonesia lebih dipilih menggunakan hari 17 Agustus dari pada 9 Ramadhan.
Ahmad Mansur Surynegara berkata, “Kalau demikian kenyataan sejarahnya, apakah salah ataukah bid’ah jika umat Islam pada setiap 9 Ramadhan, sebagai mayoritas bangsa Indonesia, menjadikan tanggal 9 Ramadhan sebagai tanggal syukuran Umat Islam menerima anugerah nikmat kemerdekaan Republik Indonesia dari Allah Yang Maha Kuasa, selain diperingati setiap 17 Agustus?”
Label: Headline , Kebangkitan Nasional , Kemerdekaan , Nasionalisme , Nusantara , Nusantara Modern

Related Posts
About Me
Popular Posts
-
Jembatan Merah Surabaya Tempo Dulu
Foto-foto Jembatan Merah Surabaya tempo dulu yang berhasil admin himpun dari commons.wikimedia.org De Willemskade langs de Kali Mas, Soeraba... -
Ketika Soekarno (muda) Ditolak Cintanya
Oleh Ridwan Hd. Ilustrasi dari Film Soekarno (2013) Usianya 18 tahun. Impian terbesar pemuda pribumi itu adalah bisa memiliki gadis Belanda ... -
Mengenal Jong Islamieten Bond – Bagian 1
Oleh Ridwan Hd. Malam tahun baru 1925 bukan hari bahagia buat Sjamsuridjal. Pemuda ningrat berdarah Jawa ini baru saja mengundurkan diri dar... -
Anak-anak Belanda di Restoran Susu Bendera Batavia
Oleh Ridwan Hd Susu kental manis dengan sebutan Susu Bendera bukan barang asing bagi kita. Ditelisik dari sejarahnya, susu ini sudah berada... -
Menjawab Citra Negatif Bani Umayyah (Bagian 1)
Oleh Rofi'ulmuiz Uang keping bergambar Khalifah Abdul al Malik dari Dinasti Bani Umayyah | Foto: commons.wikimedia.ord Bagian dari perio... -
Masa Muda Roem di STOVIA
Oleh Ridwan Hd. Mohammad Roem di Konfrensi Inter Indonesia pada 1949 di Jogjakarta | sumber: media-kitlv.nl Masa perploncoan siswa baru di a... -
HAJI: Manusia Berbahaya
Oleh Salim A. Fillah “..Kabar-kabar tentang Paduka telah sampai pada kami bersinar bagai permata. Tetapkanlah hati. Paduka akan beruntung j... -
Tentang Negeri-negeri di Andalusia
Oleh Fahmi Mudaliyanto Benteng Palacio de La Aljafer a warisan peradaban Islam di Spanyol | sumber: gambar bebas google picture Layaknya se... -
Para Guru Ummat (1920-an)
Duduk dari kanan: Syekh Daud Rasyidi, Syekh Mohd. Djamil Djambek, Syekh Sulaiman Ar Rasuli (Inyiak Canduang), Syekh Ibrahim Musa (Inyiak Pa... -
Tata Kota tentang Hakikat Manusia
oleh Salim A. Fillah Tugu Jogja yang di foto oleh Th. van de Burgt pada Desember 1948. Sumber: Het Nationaal Archief | gahetna.nl “Yogya it...
Labels
- Agus Salim
- Batavia
- Budaya Islam
- Budi utomo
- Dunia
- Dunia Islam
- Dunia Modern
- Foto
- Hamka
- Headline
- Hindia-Belanda
- Kebangkitan Nasional
- Kemerdekaan
- Ki Hajar Dewantara
- KNIL
- Mohamad Natsir
- Mohammad Roem
- Mozaik
- Nasionalisme
- Nusantara
- Nusantara Lama
- Nusantara Modern
- Pancasila
- Perang Dunia I
- Portugis
- Sarekat Islam
- Soekarno
- Soekiman
- Tjokroaminoto
- Tokoh
- Umayyah
- Video
Cat-5
Cat-6
Labels
- Agus Salim
- Batavia
- Budaya Islam
- Budi utomo
- Dunia
- Dunia Islam
- Dunia Modern
- Foto
- Hamka
- Headline
- Hindia-Belanda
- Kebangkitan Nasional
- Kemerdekaan
- Ki Hajar Dewantara
- KNIL
- Mohamad Natsir
- Mohammad Roem
- Mozaik
- Nasionalisme
- Nusantara
- Nusantara Lama
- Nusantara Modern
- Pancasila
- Perang Dunia I
- Portugis
- Sarekat Islam
- Soekarno
- Soekiman
- Tjokroaminoto
- Tokoh
- Umayyah
- Video