![]() |
Ilustrasi dari Film Soekarno (2013) |
Usianya 18 tahun. Impian terbesar pemuda pribumi itu adalah bisa memiliki gadis Belanda yang bernama Mien Hessels. “Aku mendambakannya dengan penuh gairah dan aku sampai pada kesimpulan, aku harus mengawininya.” kata Soekarno dalam otobiografinya pada Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Soekarno muda, atau biasa dipanggil Koesno, mudah sekali tergila-gila dengan gadis Belanda yang cantik-cantik. Selama menempuh pendidikan HBS di Surabaya, kerapkali ia menjalin hubungan asmara dengan gadis-gadis asal negeri penjajah itu. “Hanya inilah satu-satunya cara yang kuketahui untuk menunjukkan keungguanku terhadap bangsa kulit putih dan membinkin mereka tunduk pada keinginanku.” alasannya. Tapi di kalimat lain, ia juga berkata, ”Menaklukan seorang gadis kulit putih dan membuatnya tergila-gila padaku adalah soal kebanggaan.”
Koesno juga menyebutkan nama-nama gadis yang pernah berhubungan asmara dengannya. Ada Pauline Gobee, anak salah seorang gurunya. Juga ada Laura, serta putri-putri cantik keluarga Raat. Mereka semua adalah idaman Koesno. Tapi, sejak berkenalan dengan Mien Hessels, gadis-gadis sebelumnya hilang dari kehidupannya. Ia begitu mabuk cinta kepada gadis yang disebut Koesno, “bunga tulip berambut kuning dan berpipi merah muda”. “Aku rela mati untuknya bisa dia menginginkannya.” katanya.
Tekad untuk mendapatkan Mien Hessels ia nekatkan diri menghadap ayahnya. Dengan berpakaian yang rapi dan paling bagus ia menuju rumah keluarga Mien Hessels sambil gemetar ketakutan. Setiap bertamu, baru kali ini ia merasa gemetar. Lalu ia melangkah ke rumah Belanda yang bagus itu.
“Tuan” ucap koesno ketika sudah berhadapan dengan Ayah Mien Hessels dengan tatapan yang tajam, “Kalay tuan tidak berkeberatan, aku bermaksud meminta putri tuan untuk kuajak hidup dalam suatu ikatan perkawanianan...”
“Kamu? Inlander kotor seperti kamu?” kata tuan Hessels sambil meludah, “Berani-beraninya kamu mendekati anakku. Keluar, kamu binatang kotor. Keluar!”
Kata-kata kasar Ayah Mien Hessels membuat Koesno sangat terpukul. “Perihnya terasa sedemikian hebat, sehingga saat itu aku berpikir: Ya Tuhan, aku tak akan dapat melupakan ini.”
23 tahun kemudian, atau tepatnya di tahun 1942, Soekarno sedang melihat-lihat etalase toko di jalanan kota Jakarta. Tiba-tiba ada yang memanggilnya, “Soekarno?”
“Ia aku Soekarno,” balasnya dari panggilan itu sambil melihat perempuan yang tak dikenal. Perempuan itu tertawa terkekeh-kekeh, “Dapatkah kau menebak siapa aku?” kata si perempuan.
Yang dipandang Soekarno adalah seorang nyonya tua dan gemuk. Jelek, tubuhnya tak terurus. Soekarno lalu menjawab, “Tidak nyonya, tidak dapat. Siapa Anda?”
“Mien Hessels,” dia terkekeh lagi.
“Huhhh! Mien Hessels!” kata Soekarno yang diceritakan di buku otobiografinya itu, “Ratuku yang cantik seperti bidadari itu sudah berubah menjadi perempuan sihir. Kau tak pernah melihat perempuan tua yang jelek dan kumuh seperti ini. Mengapa dia membiarkan dirinya sampai begitu. Dengan cept aku memberi salam kepadanya, dan terus berjalan sambil mengucapkan syukur dan memuji Tuhan Yang Maha Penyayang karena telah melindungiku. Caci maki yang telah terlontarkan ayahnya dulu sesungguhnya adalah rahmat yang terselubung bagiku. Kalau dipikir-pikir, dulu aku telah tertambat pada perempuan ini. Aku bersyukur kepada Tuhan atas perlindungan yang telah diberikan-Nya.”
Kebiasanya masa remajanya terbawa hingga dewasa. Ia begitu mudah tertambat wanita cantik. Presiden pertama kita ini memang dikenal melakukan beberapa kali pernikahan. Hingga akhir hayat, tercatat Soekarno memiliki 9 istri.